SABLON SUKOHARJO SOLO
----------------------------------------
Banyak syubhat di lontarkan kepada kaum muslimah yang ingin
berjilbab. Syubhat yang ‘ngetrend’ dan biasa kita dengar adalah ”Buat
apa berjilbab kalau hati kita belum siap, belum bersih, masih suka
‘ngerumpi’ berbuat maksiat dan dosa-dosa lainnya, percuma dong pake
jilbab! Yang penting kan hati! lalu tercenunglah saudari kita ini
membenarkan pendapat kawannya.
Syubhat lainnya lagi
adalah ”Liat tuh kan ada hadits yang berbunyi: Sesungguhnya Allah tidak
melihat pada bentuk(rupa) kalian tapi Allah melihat pada hati
kalian..!. Jadi yang wajib adalah hati, menghijabi hati kalau hati kita
baik maka baik pula keislaman kita walau kita tidak berkerudung!.
Benarkah demikian ya ukhti,, ??
Saudariku muslimah
semoga Allah merahmatimu, siapapun yang berfikiran dan berpendapat
demikian maka wajiblah baginya untuk bertaubat kepada Allah Ta’ala
memohon ampun atas kejahilannya dalam memahami syariat yang mulia ini.
Jika agama hanya berlandaskan pada akal dan perasaan maka rusaklah
agama ini. Bila agama hanya didasarkan kepada orang-orang yang
hatinya baik dan suci, maka tengoklah disekitar kita ada orang-orang
yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha dan orang kafir lainnya
liatlah dengan seksama ada diantara mereka yang sangat baik hatinya,
lemah lembut, dermawan, bijaksana. Apakah anda setuju untuk
mengatakan mereka adalah muslim? Tentu akal anda akan mengatakan
“tentu tidak! karena mereka tidak mengucapkan syahadatain, mereka
tidak memeluk islam, perbuatan mereka menunjukkan mereka bukan orang
islam. Tentu anda akan sependapat dengan saya bahwa kita menghukumi
seseorang berdasarkan perbuatan yang nampak(zahir) dalam diri orang
itu.
Lalu bagaimana pendapatmu ketika anda melihat
seorang wanita di jalan berjalan tanpa jilbab, apakah anda bisa
menebak wanita itu muslimah ataukah tidak? Sulit untuk menduga
jawabannya karena secara lahir (dzahir) ia sama dengan wanita non
muslimah lainnya.Ada kaidah ushul fiqih yang mengatakan “alhukmu ala
dzawahir amma al bawathin fahukmuhu “ala llah’ artinya hukum itu
dilandaskan atas sesuatu yang nampak adapun yang batin hukumnya
adalah terserah Allah.
Rasanya
tidak ada yang bisa menyangsikan kesucian hati ummahatul mukminin
(istri-istri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam) begitupula
istri-istri sahabat nabi yang mulia (shahabiyaat). Mereka adalah wanita
yang paling baik hatinya, paling bersih, paling suci dan mulia. Tapi
mengapa ketika ayat hijab turun agar mereka berjilbab dengan
sempurna (lihat QS: 24 ayat 31 dan QS: 33 ayat 59) tak ada satupun
riwayat termaktub mereka menolak perintah Allah Ta’ala. Justru yang
kita dapati mereka merobek tirai mereka lalu mereka jadikan kerudung
sebagai bukti ketaatan mereka. Apa yang ingin anda katakan?
Sedangkan mengenai hadits diatas, banyak diantara saudara kita yang
tidak mengetahui bahwa hadits diatas ada sambungannya.
Lengkapnya adalah sebagai berikut:
“Dari
Abu Hurairah, Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu anhu dia berkata,
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk
tubuh-tubuh kalian dan tidak juga kepada bentuk rupa-rupa kalian,
tetapi Dia melihat hati-hati kalian “(HR. Muslim 2564/33).
Hadits diatas ada sambungannya yaitu pada nomor hadits 34 sebagai berikut:
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada bentuk rupa kalian dan juga harta
kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian. (HR.Muslim
2564/34).
Semua adalah seiring dan sejalan, hati dan
amal. Apabila hanya hati yang diutamakan niscaya akan hilanglah
sebagian syariat yang mulia ini. Tentu kaum muslimin tidak perlu
bersusah payah menunaikan shalat 5 waktu, berpuasa dibulan Ramadhan,
membayar dzakat dan sedekah atau bersusah payah menghabiskan harta
dan tenaga untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci Mekah atau amal
ibadah lainnya. Tentu para sahabat tidak akan berlomba-lomba dalam
beramal (beribadah) cukup mengandalkan hati saja, toh mereka adalah
sebaik-baik manusia diatas muka bumi ini. Akan tetapi justru
sebaliknya mereka adalah orang yang sangat giat beramal tengoklah
satu kisah indah diantara kisah-kisah indah lainnya.
Urwah
bin Zubair Radhiyallahu anhu misalnya, Ayahnya adalah Zubair bin
Awwam, Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar, Kakeknya Urwah adalah Abu
Bakar Ash-Shidik, bibinya adalah Aisyah Radhiyallahu anha istri
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Urwah lahir dari nasab dan
keturunan yang mulia jangan ditanya tentang hatinya, ia adalah orang
yang paling lembut hatinya toh masih bersusah payah giat beramal,
bersedekah dan ketika shalat ia bagaikan sebatang pohon yang tegak tidak
bergeming karena lamanya ia berdiri ketika shalat. Aduhai,..betapa
lalainya kita ini,..banyak memanjangkan angan-angan dan harapan
padahal hati kita tentu sangat jauh suci dan mulianya dibandingkan
dengan generasi pendahulu kita.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, salah satunya adalah:
Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama)
yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia
menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia
meninggal dunia.
apabila artikel ini bermanfaat silahkan share
melalui media sosial dibawah ini.barangkali ilmu yang bermanfaat bisa
memberikan pahala yang terus menerus saat anda berada di
akhirat...aamiin