SABLON SOLO,SABLON SUKOHARJO,SABLON WONOGIRI,SABLON KLATEN,SABLON KAOS SOLO,SABLON KAOS DAERAH SUKOHARJO SOLO,ALAMAT KONVEKSI KAOS SOLO,ALAMAT PENJAHIT SOLO,ALAMAT PENJAHIT SUKOHARJO,SABLON KAOS PARTAI SOLO,SABLON KAOS PARTAI SUKOHARJO,SABLON KAOS PARTAI WONOGIRI,SABLON KAOS SERAGAM SEKOLAH SOLO,SABLON KAOS SERAGAM SEKOLAH SUKOHARJO,SABLON KAOS PERSIS SOLO,HARGA SABLON KAOS SOLO,ONGKOS JAHIT KAOS DI SOLO,ALAMAT TEMPAT SABLON KAOS DI SUKOHARJO,ALAMAT TEMPAT SABLON DI SOLO,ELEVEN SABLON
Thursday, 8 May 2014
Membuka aurat (membuka jilbab) didepan wanita non-muslim?
Membuka aurat (membuka jilbab) didepan wanita non-muslim?
SABLON KAOS DI SUKOHARJO SOLO
----------------------------------------
Aurat muslimah di depan mereka (wanita non-muslim) adalah seluruh badan kecuali yang umum terlihat ketika menjalankan pekerjaan rumah sehari-hari, artinya dalam batas menggunakan pakaian rumah.
Sedang menurut Hambali dan Maliki adalah seperti aurat muslimah di depan muslimah, yaitu antara pusar dan lutut.
Kedua pendapat tersebut bersumber dari panafsiran ayat : 31 surah al-Nur : Katakanlah kepada wanita yang beriman : "hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara-saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara-saudara perempuan mereka, atau "wanita-wanita" (mereka)......"
Menurut Hanbali, kata "wanita-wanita (mereka)" bermakna perempuan pada umumnya, tanpa beda antara perempuan muslimah atau non-muslimah. Maka diperbolehkan bagi muslimah untuk memperlihatkan perhiasannya kepada perempuan non-muslimah apa yang diperbolehkan untuk di perlihatkan kepada muslimah dan muhrimnya.
sablon kaos di kota solo
sablon kaos di sukoharjo
Sedang Imam syafi’i dan Imam Hanafi menegaskan bahwa kata "wanita-wanita" adalah khusus untuk muslimah, maka tidak dihalalkan bagi muslimah untuk memperlihatkan auratnya ataupun perhiasannya di depan perempuan non muslimah, kecuali dalam batas yang umum dalam menjalankan pekerjaan rumah sehari-hari.
Qurtubi (seorang ulama Maliki) dalam tafsirnya (12/232) menjelaskan "Seorang muslimah tidak boleh membuka auratnya di depan non muslimah, kecuali ia adalah hamba sahayanya, sesuai dengan ayat 31 surah al-Nur". Ibnu Juraij, Ubadah bin Nasi dan Hisyam al-Qari' membenci/melarang non muslimah berciuman (cara bersalaman untuk perempuan ala Arab) dan melihat aurat muslimah, mereka menafsirkan kata "dan perempuan-perempuan mereka" dengan muslimah. Ubadah bin Nasi berkata "Umar r.a. pernah berkirim surat kepada Ubadah bin Jarrah, 'Aku mendengar bahwa wanita non muslimah, di wilayahmu, telah terbiasa masuk ke kamar mandi muslimah, maka jangan lah itu terjadi lagi, karena non muslimah tidak boleh melihat muslimah dalam keadaan terbuka aurat.'" Kemudian Abu Ubaidah menyerukan kepada rakyatnya "Barangsiapa dari kaum wanita (non muslimah) yang memasuki kamar mandi muslimah dengan tanpa alasan yang pasti, maka akan celakalah dia".
Ibnu Abbas berkata : Seorang muslimah (auratnya) tidak boleh terlihat oleh wanita nasrani atau yahudi, khawatir kalau akan diceritakan kepada suaminya. Selanjutnya Qurtubi menjelaskan "Dalam masalah ini telah terjadi perbedaan antar para ulama. Kalau wanita tersebut hamba sahaya maka boleh saja melihat tuannya muslimah, kalau tidak maka tidak boleh karena telah terputusnya hubungan ukhuwah dengan non muslimah sebagaimana banyak dijelaskan."
Menurut syeh Atiyah Muhamad Saqr, seorang mufti Mesir : hubungan muslimah dan non muslimah adalah seperti hubungan muslimah dengan non muhrimnya, artinya aurat mereka adalah seluruh badan kecuali telapak tangan dan muka.
tempat sablon kaos di sukoharjo
Sebahagian Ulama berpendapat bahawa seseorang wanita muslimah tidak boleh memperlihatkan auratnya (tidak boleh membuka hijab/tudungnya) kepada wanita kafir. Perkara ini dilarang adalah kerana ditakuti wanita kafir tersebut akan menceritakan berkenaan wanita muslimah tersebut kepada kaum lelaki yang lain.
sablon kaos di solo
Sebelum itu, dijelaskan secara ringkas:
Seseorang wanita tidak boleh melihat bahagian (badan) di antara pusat dan lutut dari wanita yang lainnya, iaitu sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan muslimah. (Rujuk: al-Mughni, 5/562, Ibnu Qudamah)
sablon kaos sukoharjo
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, “Wanita-wanita yang jahil (yang tidak mengerti) secara umumnya tidak merasa segan membuka auratnya atau sebahagian auratnya padahal ibnunya ada di hadapannya atau saudara perempuannya, atau juga anak wanitanya, lalu dia berkata, “Mereka adalah kerabat”. Maka hendaklah seseorang wanita tahu bahawa jika ia telah mencapai umur tujuh tahun, maka ibu, atau saudara perempuan atau anak saudara perempuannya tidak boleh melihat auratnya (aurat berat).” (Rujuk: Ahkaamin Nisaa’, 76, Ibnul Jauzi)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda (maksudnya),
“Janganlah seseorang pemuda (lelaki) melihat aurat lelaki yang lainnya, dan jangan pula seseorang wanita melihat aurat wanita yang lainnya, janganlah seseorang lelaki bersama-sama dengan lelaki lainnya di dalam satu kain. Dan janganlah seseorang seseorang wanita bersama-sama dengan wanita lainnya di dalam satu kain...” (Hadis Riwayat Muslim, no. 338)
Pendapat Yang Melarang:
Dalam persoalan ini (wanita membuka aurat/hijab di hadapan wanita kafir) Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Firman Allah, “أَوْ نِسَائِهِنَّ” (bermaksud atau wanita-wanita Islam) ... (daripada ayat asalnya:
“Hendaklah mereka (wanita yang beriman) menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasannya (aurat), melainkan yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan (melabuhkan) kain tudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan auratnya melainkan kepada suami mereka, atau ayah mereka (dan seterusnya)... atau wanita Islam (“أَوْ نِسَائِهِنَّ”), atau hamba-hamba yang mereka miliki atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak memiliki keinginan terhadap wanita.” (Surah an-Nuur, 24: 31))
sablon kaos di sukoharjo
Maksudnya mereka boleh menampakkan auratnya (boleh membuka hijab/tudungnya) di hadapan para wanita Muslim, tetapi tidak di hadapan wanita-wanita kafir. Alasan kepada larangan ini adalah supaya mereka (wanita kafir tadi) tidak menceritakan kepada suami mereka (atau lelaki yang lainnya – pen.) berkenaan wanita muslim tersebut. Walaupun kemungkinan ini boleh terjadi kepada wanita-wanita muslim yang lain, namun kebimbangan terhadap wanita-wanita kafir adalah lebih besar lagi, kerana mereka tidak memiliki perundangan (hukum) yang melarang untuk menceritakan rahsia wanita lain kepada suami mereka (atau lelaki lainnya). Berlainan halnya dengan wanita muslimah, mereka lebih memahami bahawa membicarakan soal tubuh atau rahsia wanita yang lain kepada suaminya sendiri adalah suatu perkara yang diharamkan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda (maksudnya),
“Seseorang wanita tidak boleh melihat tubuh wanita lain, kerana dia akan menceritakan (keindahan) wanita tersebut kepada suaminya, di mana nanti seolah-olah suaminya dapat membayangkan tubuh wanita yang diceritakan itu secara langsung (jelas).” (Hadis Dari Ibnu Mas’oud, Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Lihat: Fathul Bari, 9/250, no. 5241)” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir di bawah perbahasan ayat 31 Surah an-Nuur)
sablon sukoharjo solo
Pendapat Yang Membolehkan:
Manakala terdapat sebahagian pandangan daripada kalangan ulama yang lain bahawa perkara tersebut dibolehkan. Mereka menjelaskan bahawa:
sablon kaos sukoharjo
Tidak ada perbezaan di antara wanita muslimah dan kafir dalam persoalan ini (melihat aurat wanita lainnya). Mereka berhujjah dengan dalil bahawa kaum wanita dari kalangan Yahudi datang kepada isteri-isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam, dan mereka sama sekali tidak memakai hijab (bertudung atau menutup aurat sepenuhnya) juga tidak ada perintah untuk memakainya. Begitu juga pernah datang seorang wanita Yahudi kepada ‘Aisyah bertanyakan persoalan tentang siksa kubur... (dan seterusnya). (Hadis Riwayat al-Bukhari, no. 1372, dan Muslim, no. 903)
Asma’ binti Abu Bakar berkata, “Ibuku datang kepadaku dan dia enggan untuk masuk Islam. Lalu aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Salam, “Adakah aku boleh menjalinkan silaturrahmi dengannya?” Beliau menjawab, “Ya”. (Hadis Riwayat al-Bukhari, no. 2620)
Diwajibkan berhijab bagi wanita di hadapan kaum lelaki (yang bukan mahram) adalah kerana atas adanya alasan tertentu yang sangat penting. Maka, dengan sebab itulah mengapa wanita diwajibkan menutup aurat di hadapan lelaki yang bukan mahram. Namun, tidak pula terdapat alasan untuk turut berhijab di hadapan wanita kafir Dzimmi (kaum kafir yang menetap di dalam wilayah/negara Islam dan membayar jizyah). Begitu juga kepada lelaki muslim tidak diwajibkan untuk menutup aurat di hadapan lelaki kafir Dzimmi. Begitu juga tidak adanya sebab supaya untuk menutupi aurat (berhijab) bagi seseorang wanita muslimah di hadapan wanita muslimah yang lainnya.
Adapun berkenaan Firman Allah, “أَوْ نِسَائِهِنَّ” kemungkinan boleh juga membawa maksud “wanita secara umum”. Wallahu a’lam. (Lihat Ahkaamin Nisaa’, 4/498, Ibnul Jauzi)
Manakala menurut Syaikh Abu Malik Kamal:
“Sekiranya terjadi keraguan dari salah seorang wanita Kitabiyyah, dan diketahui bahawa ia sering menceritakan perihal wanita lainnya kepada suaminya atau yang seumpamanya, maka atas sebab tersebut, wanita muslimah adalah dilarang untuk menampakkan perhiasannya (aurat/membuka hijabnya) di hadapan wanita tersebut.” (Lihat: Ensiklopedi Fiqh Wanita, 2/163, Abu Malik Kamal as-Sayyid Salim)
sablon sukoharjo
Wallahu a’lam.
Jadi kesimpulannya : wanita muslimah apakah harus berjilbab di depan non muslimah? terdapat dua pendapat ulama. Untuk lebih berhati-hati tentu pendapat kedua akan lebih baik, namun aspek etika dan kemaslahatan agama tetap harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam masalah ini. Meskipun di sana terdapat pendapat yang mengatakan bahwa aurat muslimah di depan muslimah dan di depan laki-laki muhrim adalah antara pusar hingga lutut, namun ini bukan berarti sebatas itu seorang muslimah harus menutupi auratnya, namun yang tersirat dalam ajaran manutupi aurat adalah agar menjaga kesopanan dan tetap berhati-hati dalam bermu'asyarah meskipun dengan muhrim.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, salah satunya adalah:
Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
apabila artikel ini bermanfaat silahkan share melalui media sosial dibawah ini.barangkali ilmu yang bermanfaat bisa memberikan pahala yang terus menerus saat anda berada di akhirat...aamiin
SABLON KAOS WERU
RELATED POSTS