Al-Watsiq, pemangku jabatan khalifah sesudah
Al-Mu’tashim, adalah orang yang kejam tidak kenal ampun. Dialah yang
memenggal kepala Ahmad bin Nashr All-Khuza’I, ulama
masyhur, salah satu pucuk pimpinan Ahlul Sunnah wal Jama’ah dan
termasuk ulama terkemuka, serta penulis kitab al-I’tishaam bil-Kitab
was-Sunnah. Ketika itu beliau menghadap Al-Watsiq. Al-Watsiq menyuruhnya
mengakui bahwa Al-Qur’an itu adalah makhluk. Hingga akhirnya Al-Watsiq
maju dengan sebilah pisau kecil, menusukkannya ke dadanya. Ia
menyembelihnya seperti menyembelih kambing.
Kemudian, ketika
tiba saatnya Al-Watsiq diambang ajal, pada saat sekarat, sebagaimana
dituturkan oleh As-Suyuthi dalam Kitab Taariikhul Khulafa’, begitu
mereka membaringkannya setelah ia meninggal dan menyerahkan ruhnya
kepada Allah, datangnya seekor tikus yang mengambil kedua matanya dan
memakannya!” Peristiwa ini dipelihatkan oleh Allah kepada
manusia-manusia diktator di dunia ini.
Thawus, ulama Yaman,
datangmenghadap Abu Ja’far al-Mansur.Abu Ja’far adalah oran gyang sangat
kejam. Ia telah memenggal kepala para raja, pangeran, dan menteri. Ia
dalah seorang paling cerdik. Namun, akhirnya pergi juga menghadap Allah.
Seekor lalat selalu hinggap di pucuk hidungnya. Ia mengusirnya, namun
lalat itu datang lagi.
“Untuk apa Allah menciptakan lalat,
wahai Thawus?”, tanya Abu Ja’far. “Untuk menghinakan kesombongan para
tiran”, jawab Thawus. Abu Ja’far terdiam. Lalu ia berkata, “Tolong
ambilkan tempat tintat itu”. “Tidak.Demi Allah. Kalau yang akan tuan
tulis kebathilan, saya tidak akan membantu tuan untuk sebuah
kebathilan”, ujar Thawus, seraya meninggalkan Abu Ja’far Al-Mansur.
Begitulah sikap yang ditampilkan para ulama yang bertakwa dihadapan
orang-orang lalai. Ibnu Abi Dzi’b didatangi oleh AlMahdi di Masjid
Nabawi. Al-Mahdi adalah seorang Khalifah, putra Abu Ja’far al-Manshur.
Orang-orang berdiri, kecuali Ibnu Dzi’b. “Mengapa engkau tidak berdiri
menyambut kami seperti yang dilakukan orang-orang?”, tanya Al-Mahdi. Ibn
Dzi’b menjawab : “Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia,
sebetulnya saya mau berdiri menyambut. Tapi saya teringat firman Allah,
“Yaitu pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap Tuhan seluruh
alam”. (Al-Muthafiffin : 6). Karena itulah aku urung berdiri”.
“Duduklah! Demi Allah, semua rambut di kepalaku berdiri mendengarnya”,
ucap Al-Mahdi.
Al-Mu’tashim , penglima militer sekaligus
khalifah yang menaklukkan Amuria dengan sembilan puluh ribu prajurit.
“Sembilan puluh ribu prajurit bagai singa, kulit mereka matang lebih
cepat dari buah tin dan anggur”.
Sebagian para sejarawan
mengatakan bahwa ia eprnah meraih lempengan besi lalu menulsikan
namanya, karena saking kuatnya. Ia termasuk orang yang paling perkasa.
Bahkan seorang ahli hadist berkisah, “Saya menghadap al-Mu’tashim . Ia
mengulurkan tangannya kepada saya, lalu berkata, “Aku memintamu, atas
nama Allah, untuk menggigit tanganku”. “Saya pun menggigit tangannhya”,
lanjut ahli hadist itu. “Demi Allah, gigitanku tidak berbekas pada
tangannya”.
Tapi, keperkasaan Al-Mu’tashim itu tidak berdaya
saat menghadapi kematian si pemusnah kenikmatan, pemisahkumpulan, dan
perampas anak laki-laki dan perempuan. Ajal al-Mu’tashim tiba. “Apakah
hari ini aku akan mati?”, tanyanya. “Ya, hari ini Tuan akan mati”, jawab
orang-orang. Dia masih sangat muda, baru empat puluh tahun umurnya.
Orang mengira ia tidak akan mati sebelum umur tujuh puluh tahun. Allah
berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).”
(QS. al-Hasyr : 18)
Bandingkan dengan Sa’ad bin Abi Waqqash,
salah seorang yang dijamin masuk surga. Ketika sekarat, ia didatangi
oleh anak perempuannya yang menangis dekat kepalanya. “Jangan menangis,
putriku. Demi Allah, aku ini termasuk penduduk surga!”, ucapnya. Ia
benar … beruntung dan berbahagialah Sa’id! Nabi Shallahu alaihi wa
sallam telah mengabarkan bahwa Sa’ad termasuk penduduk surga.
Ketika maksiat merebak dimana-mana, sehingga kebanyakan orang telah
terbiasa pada otak bawah sadarnya, mungkin saja betapa banyak penceramah
menyampaikan! Betapa banyak ulama berbicara! Betapa banyak da’i sudah
menyerukan, atau sedikit yang mengingatkan ?. Diluar itu semua
kebanyakan tabiat manusia, sebagian baru menjawab ketika nyawanya sudah
meregang di dada. Semoga Allah melindungi kita.
SABLON SUKOHARJO SOLO
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, salah satunya adalah:
Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama)
yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia
menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia
meninggal dunia.
apabila artikel ini bermanfaat silahkan share
melalui media sosial dibawah ini.barangkali ilmu yang bermanfaat bisa
memberikan pahala yang terus menerus saat anda berada di
akhirat...aamiin