Abu Said Al-Khudhri radhiyallahu ’anhu bertutur: “Pada suatu hari
Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam masuk masjid. Tiba-tiba ada
seorang sahabat bernama Abu Umamah radhiyallahu
’anhu sedang duduk di sana. Beliau bertanya: ”Wahai Abu Umamah, kenapa
aku melihat kau sedang duduk di luar waktu sholat?” Ia menjawab: ”Aku
bingung memikirkan hutangku, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: ”Maukah
aku ajarkan kepadamu sebuah do’a yang apabila kau baca maka Allah
ta’aala akan menghilangkan kebingunganmu dan melunasi hutangmu?” Ia
menjawab: ”Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda,”Jika kau berada di
waktu pagi maupun sore hari, bacalah do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ
وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ
مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
”Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku
berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada
Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari
lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” Kata Abu Umamah
radhiyallahu ’anhu: ”Setelah membaca do’a tersebut, Allah berkenan
menghilangkan kebingunganku dan membayarkan lunas hutangku.” (HR Abu
Dawud 4/353)
Doa ampuh yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih
wa sallam kepada Abu Umamah radhiyallahu ’anhu merupakan doa untuk
mengatasi problem hutang berkepanjangan.
Di dalam doa tersebut
terdapat beberapa permohonan agar Allah ta’aala lindungi seseorang dari
beberapa masalah dalam hidupnya. Dan segenap masalah tersebut ternyata
sangat berkorelasi dengan keadaan seseorang yang sedang dililit hutang.
Pertama, ”Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih.”
Orang yang sedang berhutang biasanya mudah menjadi bingung dan
tenggelam dalam kesedihan. Sebab keadaan dirinya yang berhutang itu
sangat potensial menjadikannya hidup dalam ketidakpastian alias bingung
dan menjadikannya tidak gembira alias berseduih hati.
Kedua, ”Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas.”
Biasanya orang yang berhutang akan cenderung menjadi lemah. Dan
biasanya orang yang malas dan tidak kreatif dalam menjalani perjuangan
hidup cenderung mudah berfikir untuk menacari pinjaman alias
berutangketika sedikit saja menghadapi rintangan dalam hidup. Sedangkan
orang yang rajin cenderung tidak berfikir untuk berhutang selagi ia
masih punya ide solusi selain berhutang dalam hidupnya. Orang rajin
bahkan akan menolak bilamana memperoleh tawaran pinjaman uang karena ia
anggap itu sebagai suatu beban yang merepotkan.
Ketiga, ”Aku berlindung kepada Engkau dari sifat pengecut dan kikir.”
Biasanya orang yang terlilit hutang menjadi orang yang diliputi rasa
takut. Ia cenderung menjadi pengecut. Jauh dari sifat pemberani.
Mentalnya jatuh dan tidak mudah memiliki kemantapan batin. Dan orang
yang berhutang mudah menjadi kikir jauh dari sifat demawan. Bila kotak
amal atau sedekah melintas di depannya ia akan membiarkannya berlalu Hal
ini karena ia menggunakan logika ”Bagaimana aku bisa bersedekah,
sedangkan hutangku saja belum lunas.”
Keempat, ”Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”
Doa bagian akhir mengandung inti permohonan seorang yang terlilit
hutang. Ia serahkan harapannya sepenuhnya kepada Allah ta’aala Yang Maha
Kaya lagi Maha Terpuji agar menuntaskan problem hutang yang
berkepanjangan membebani hidupnya. Di samping itu ia memohon agar
dirinya dilindungi Allah ta’aala dari kesewenang-wenangan manusia.
Kesewenangan dimaksud terutama yang bersumber dari fihak yang
berpiutang. Sebab tidak jarang ditemukan bahwa fihak yang berpiutang
lantas bertindak zalim kepada yang berhutang. Ia merasa telah menanam
jasa dengan meminjamkan uang kepada yang berhutang. Lalu ia merasa
berhak untuk berbuat sekehendaknya kepada yang berhutang apalagi jika
yang berhutang menunjukkan gejala tidak sanggup melunasi hutangnya
dengan segera.
Itulah sebabnya dunia modern dewasa ini banyak
diwarnai oleh berbagai tindak kezaliman. Sebab dalam era dunia modern
manusia sangat mudah berhutang. Dalam kebanyakan transaksi manusia
dianjurkan untuk terlibat dalam hutang alias transaksi yang tidak tunai.
Sedikit sedikit kredit. Apalagi skema pelunasan hutangnya melibatkan
praktek riba yang termasuk dosa besar. Islam adalah ajaran yang
menganjurkan manusia untuk membiasakan diri bertransaksi secara tunai.
Ini bukan berarti Islam mengharamkan berhutang. Hanya saja Islam
memandang bahwa berhutang merupakan suatu pilihan yang bukan ideal dan
utama. Itulah sebabnya ayat terpanjang di dalam Al-Qur’an ialah ayat
mengenai berhutang, yaitu surah Al-Baqarah ayat 282.
Suatu
ketika Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu didatangi anaknya
yang hendak meminjam uang. Lalu ia berkata kepadanya ”Nak, aku tidak
punya uang.” Lantas anaknya mengusulkan agar ayahnya pinjamkan dari
Baitul Maal (Simpanan Kekayaan Negara). Maka Umar-pun menulis memo
kepada pemegang kunci Biatul Maal yang isinya: ”Wahai bendahara, tolong
keluarkan sekian dinar dari Baitul Maal untuk aku pinjamkan ke anakku.
Nanti biar aku cicil dengan potong gajiku tiga bulan ke depan.”
Maka memo tersebut dibawa oleh anaknya dan diserahkan kepada bendahara.
Tidak berapa lama iapun kembali menemui ayahnya dengan wajah murung.
”Ayah, aku tidak menerima apa-apa dari bendahara kecuali secarik kertas
ini untuk disampaikan kepadamu.” Maka Umar menyuruh anaknya membacakan
isi memo balasan itu. Isinya ”Wahai Amirul Mu’minin Umar bin Khattab,
bagiku sangatlah mudah untuk mengeluarkan sekian dinar dari Baitul Maal
untuk engkau pinjam. Namun aku minta syarat terlebih dahulu darimu. Aku
minta agar engkau memberi jaminan kepadaku bahwa tiga bulan ke depan
Amirul Mu’minin Umar bin Khattab masih hidup di dunia untuk melunasi
hutang tersebut.” Maka Umar langsung beristighfar dan menyuruh anaknya
pulang…
SABLON SUKOHARJO SOLO
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, salah satunya adalah:
Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama)
yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia
menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia
meninggal dunia.
apabila artikel ini bermanfaat silahkan share
melalui media sosial dibawah ini.barangkali ilmu yang bermanfaat bisa
memberikan pahala yang terus menerus saat anda berada di
akhirat...aamiin