Muhâsabah ialah usaha seseorang untuk
mengevaluasi segala perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah
melakukannya. Sebelum tidur hendaklah seorang hamba mengintrospeksi diri
atas segala perkataan maupun
perbuatannya sepanjang hari, baik yang berkaitan dengan hak-hak Allâh
maupun hak-hak sesama manusia. Jika dia telah melakukan amal shalih,
maka hendaknya dia bersyukur dengan memuji Allâh dan memohon kepada-Nya
tambahan nikmat. Dan memohon kepada-Nya pula agar senantiasa diberi
taufiq dan kesanggupan untuk dapat melaksanakan amal ketaatan. Namun
jika sebaliknya, maka hendaknya dia segera bertaubat dan memohon ampunan
kepada-Nya serta bertekad untuk segera melakukan kebaikan.
Tentang muhâsabah, Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allâh dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allâh [al-Hasyr/59:18]
Umar
bin Khattab Radhiyallahu anhu berkata, “Hisablah diri kalian sebelum
dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum ditimbang (oleh Allâh) ….”.
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki
dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasûlullâh Shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, mukmin manakah yang
paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara
mereka.’ ‘Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi.
Beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya
untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.”
[HR. Ibnu Majah no. 4259, Ash-Shahihah no. 1384]
Imam
al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak
mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara : bersegera
untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan antusias dalam beribadah.
Sebaliknya, siapa yang melupakan mati, ia akan dihukum dengan tiga
perkara : menunda taubat, tidak ridha dan malas dalam beribadah. Maka
berpikirlah, wahai orang yang tertipu; Yang merasa tidak akan dijemput
kematian, tidak merasakan sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya !
Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus
kelezatan dan memupus angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau
memikirkan dan membayangkan tibanya hari kematianmu dan perpindahan
hidupmu dari tempatmu yang sekarang?” [Lihat at-Tadzkîrah, hlm. 9].
Allâh memerintahkan kita agar segera bertaubat, sebagaimana firman-Nya :
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” [an-Nûr/24:31].
Dan firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allâh dengan taubat yang benar (ikhlas). [at-Tahrîm/66:8]
Dan hendaknya kita sering beristighfâr (mohon ampun kepada-Nya) atas
dosa-dosa yang telah kita perbuat selama ini. Karena Allâh Dzat yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang akan senantiasa menerima taubat dari
para hamba-Nya dan mengampuni dosa-dosa sebesar dan sebanyak apapun.
Allâh Azza wa Jalla berfirman, yang artinya, "Katakanlah: “Wahai
hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kalian putus asa dari rahmat Allâh. Sesungguhnya Allâh
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” [az-Zumar/39: 53]
Di dalam hadits Qudsi
yang diriwayatkan dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي
غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ
بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ
لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ
الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا
لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
Allâh berfirman: Wahai
anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku,
Aku ampuni engkau apa pun yang datang darimu dan aku tidak peduli. Wahai
anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau
meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli.
Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi dosa dan
engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan sepenuh itu
pula ampunan. [HR. Tirmidzi IV/548,no.3540]
Hendaknya kita
mempersiapkan diri dengan bekal taqwa untuk menempuh perjalanan menuju
ke negeri akhirat yang merupakan tempat tinggal abadi.